Keindahan Badai Matahari
Siklus Solar atau siklus matahari diketahui mempengaruhi banyak hal di Bumi. Panjang sebuah siklus yang rata-rata 11 tahun itu adalah arsitek aurora, permainan cahaya di langit kutub, baik di Utara maupun di Selatan.
Siklus Matahari sebelumnya mencapai puncak pada tahun 2000-2002 dengan ditandai banyak badai matahari sepanjang dua tahun itu. Setelah itu perlahan menghilang sambil para ilmuwan bertanya-tanya, kapan yang berikutnya muncul.
Tahun 2008 ini tanda-tanda itu muncul kembali. Tandanya adalah kemunculan bintik tadi di ordinat 30 derajat Lintang Utara. NOAA (lembaga astronomi Amerika) menamakannya Spot AR10981 (atau disingkat Spot 981), dan letaknya lebih tinggi 25-30 derajat daripada bintik lama yang sudah menghilang.
Spot atau bintik 981 hanya sebesar bumi—yang untuk skala Matahari termasuk kecil. Bintik itu telah pula menghilang. Bintik yang merupakan medan magnet itu, kemungkinan besar telah ditelan kutub matahari.
Tapi tak diragukan lagi, kemunculannya pada 4-6 Januari silam adalah tanda yang sahih siklus baru Sang Surya. Doug Biesecker dari NOAA Space Weather Prediction di Boulder, Colorado, bahkan menyebut bintik itu sebagai ‘burung robin pertama di awal musim semi’, “Di mana memang masih banyak salju di tanah, tapi musim sudah berganti,” ujarnya.
Tahun lalu Biesecker adalah ketua tim peneliti Siklus Solar 24, yang beranggotakan para ilmuwan dari banyak kampus dan badan pemerintah. “Perkiraan kami siklus baru dimulai Maret nanti, ternyata malah lebih cepat,” kata Biesecker.
Penelitian tentang siklus matahari menjadi penting karena Matahari mempengaruhi Bumi dengan gravitasi, sinar, hingga badai elektromagnetiknya. Gravitasi Matahari membuat Bumi dan sejumlah planet lain berputar mengelilinginya, membuat iklim dan cuaca di Bumi. Demikian pula dengan sinarnya—yang paling terkenal yang kita pelajari saat masih di bangku sekolah dasar, tentu saja, proses fotosintesis, proses tanaman memasak makanannya dengan bantuan sinar matahari.
“Nah, badai matahari hanya mempengaruhi orang modern karena ia bisa membuat satelit tidak berfungsi,” kata David Hathaway dari Marshal Space Flight Center. Semburan gelombang radio saat matahari memancarkan lidah api kontan membuat bunyi berderak yang berisik di ponsel Anda. Perangkat navigasi seperti Global Positioning System (GPS) yang mengandalkan satelit juga jelas akan terganggu—akibatnya dunia penerbangan dan pelayaran bisa macet.
Massa material yang dilemparkan Matahari juga bisa membuat Bumi dipenuhi energi listrik tak terkendali. Akibatnya, seperti pernah terjadi di Quebec, Canada, 1989, pembangkit listrik setempat meledak sehingga terpaksa warga tinggal dalam kegelapan selama seminggu.
Dari dunia penerbangan, ribuan penumpang terancam tak bisa sampai tepat waktu saat badai Matahari berlangsung. Ketika itu, kutub utara menerima limpahan energi yang luarbiasa. Mau tidak mau pesawat kembali ke rute mengelilingi Bumi yang lebih jauh dan lebih banyak makan bahan bakar.
Berita baiknya, badai Matahari membuat keindahan luarbiasa: aurora di Kutub Utara. “Pada puncak siklusnya silam, aurora dapat dilihat hingga Arizona, Florida, dan California yang jauh di selatan,” kata Hathaway.
Meskipun demikian, aktivitas matahari ini masih perlu beberapa tahun untuk mencapai puncaknya. Menurut Hathaway, diperkirakan baru 2011 atau 2012 terjadi Solar Max di mana badai menghambur. Jadi masih ada waktu untuk siap-siap.
0 komentar:
Posting Komentar